Jumat, 13 Mei 2011

pencegahan DBD


BAB I

PENDAHULUAN



A. LATAR BELAKANG
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang akut di sebabkan oleh virus Dengue,menyerang pembuluh darah kapiler dan pada system pembekuan darah  (Trombosit), sehingga mengakibatkan gangguan yang ditandai pembesaran hati dan manifestasi pendaharan, demam mendadak tinggi , lemah , lesu, gelisah, nyeri ulu hati.
Demam Berdarah Dengue adalah salah satu penyakit di daerah tropis yang di sebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti (betina). Nyamuk ini adalah nyamuk rumah yang menggigit pada siang hari, gigitan nyamuk itu sendiri lebih dari satu kali. Demam Berdarah hanya ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti (betina) yang berkembang biak di dalam air jernih di sekitar rumah, bukan di got / comberan yang berair kotor. Protein yang terkandung di dalam darah diperlukan oleh nyamuk betina untuk perkembangbiakan (produksi) telurnya.. Virus dengue penyebab DBD termasuk famili Flaviviridae, yang berukuran kecil sekali, yaitu 35-45 mm.
Hasil kajian WHO tahun 1996 terdapat 100 juta kasus DBD di dunia yang terjadi, setiap tahun sebanyak 500.000 kasus memerlukan perawatan inap dan diantara 500.000 kasus tersebut terdapat 90% adalah anak-anak yang berusia kurang dari 15 tahun.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) pertama kali ditemukan di Manila, Filipina pada tahun 1954. Selama 3 dekade berikutnya Demam Berdarah Dengue (DBD) menyebar ke berbagai Negara Asia. Menurut pusat pegendalian pencegahan penyakit (Center For Disease Control) Amerika Serikat, setiap tahun diseluruh dunia terjadi ratusan ribu kasus Demam Berdarah Dengue (DBD).
Sedangkan di Indonesia DBD dilaporkan pertama kalinya disurabaya tahun 1968. Sekitar 58 orang terinfeksi dan 24 diantaranya meninggal dunia. Kemudian pada tahun 1972 mewabah ke Jakarta, Surabaya , Semarang, Padang, dan Bali. KLB Terjadi pada tahun 1998 di mana Departemen Kesehatan RI mencatat 2.133 korban yang terjangkiat, 1.414 jiwa yang meninggal.
Insiden penyakit DBD pada manusia di pengaruhi oleh factor sebagai berikut : Tingginya mobilitas penduduk, tingginya kepadatan penduduk, disamping itu ada tiga factor penting yang mempengaruhi kejadian DBD antara lain faktor host misalnya umur, factor lingkungan yaitu kondisi geografi (ketinggian dari permukaan laut, curah hujan, angin, kelembabab, musim), kondisi demografi (kepadatan, perilaku misalnya kebiasaan tidur siang dimana nyamuk Aedes Aegypti aktif mecari darah sehingga memudahkan pakaian dimana nyamuk senang beristirahat pada tempat gelap. Factor agent yaitu virus Dengue yang hingga saat ini di ketahui ada 4 serotipe yaitu Dengua 1,2,3 dan 4.


B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang , maka rumusan masalah dalam makalah yang berkaitan dengan kejadian Demam Berdarah Dengue adalah :
1. Bagaimana pengendalian vektor Demam Berdarah berdasarkan metode pengendalian lingkungan.
2. Bagaimana pengendalian vektor Demam Berdarah berdasarkan metode pengendalian Biologis.
3. Bagaimana pengendalian Vektor  Demam Berdarah berdasarkan metode pengendalian kimiawi.
4. Bagaimana pengendalian Vektor Demam Berdarah berdasarkan metode penyuluhan.
5. Bagaimana pengandalian Vektor Demam Berdarah berdasarkan metode Konvensional.
6. Bagaimana pengandalian Vektor Demam Berdarah berdasarkan metode penggunaan   radiasi.
7. Bagaimana penanggulan Vektor Demam Berdarah berdasarkan penyelidikan epidemiologi


C. TUJUAN
Untuk mengetahui pengendalian Vektor Demam Berdarah yang tepat dari berbagai Metode.







D. MANFAAT
1. Manfaat praktis :
a.  Makalah ini diharapkan menjadi salah satu sumber informasi dalam rangka penentuan arah kebijakan penanggulan kasus Demam Berdarah.
b. Merupakan informasi yang berharga untuk memperbaiki upaya pelaksanaan  pemerantasan Demam Berdarah Dengue .
2. Manfaat Teoritis :
a.   Merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi penulis dalam memperluas wawasan dan pengetahuan tentang factor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Demam Berdarah.
b.  Sebagai sumbangan ilmiah yang memperbaiki ilmu pengetahuan mengenai Demam Berdarah Dengue.






















BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi
Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh virus Dengue, menyerang pembuluh darah kaplier dan pada system pembekuan darah, sehingga mengakibatkan gangguan yang ditandai dengan pembesaran hati dan manifestasi pendaharan. Virus dengue ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti yang umumnya menyerang pada musim hujan. Penyakit ini belum ada obatnya pertolongan pertama yang dapat dilakukan member infuse selain itu dapat juga di beri penurun panas dan atau kompres dingin.
Adapun ciri-ciri umum nyamuk Aedes Aegypti yaitu bercorak belang hitam putih pada dada, perut, tungkai, badan kecil, hidup di dalam dan sekitar rumah, menggigit dan menghisap darah pada siang hari, senang hinggap pada pakaian yang bergantungan yang ada di dalam rumah. Biasanya menggigit (menghisap darah) pada pagi hari dan sore hari (jam 06.00-10.00 dan 16.00-18.00), mampu terbang sampai 100 meter, berkembang biak ditempat penampungan air dan barang-barang bekas yang memungkinkan air tegenang.
Kasus dengan gejala klinik utama pada Demam Berdarah adalah demam dan manifestasi pendaharan baik yang timbul secara spontan maupun setelah uji tourniquet.
1. Demam tinggi mendadak dan terus menerus yang selama 2-7 hari dengan suhu 38oC dan 40 oC .
2. Disertai manifestasi pendarahan terutama :
a. Peradangan kulit, jika kulit direnggangkan maka bintik merah itu tidak hilang.
b. Pendarahan pada hidung (mimisan)
c. Nyeri uluh hati karena pendarahan di lambung bisa terjadi muntah darah dan berak darah.
3. Pembesaran hati (hepatomegali)
4. Adanya renjatan yang di tandai
a. Nadi lemah
b. Cepat dengan tekanan darah menurun
c. Kulit yang diraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari, kaki dan penderita gelisah.



2. Fase-fase kehidupan nyamuk ( life cycle)
                Tempat bertelur nyamuk Aedes aegypti adalah kontainer air buatan yang berada di lingkungan perumahan yang banyak  ditemukan di dalam rumah dan sekitar lingkungan perkotaan seperti botol minuman, alas pot bunga, vas bunga, bak mandi, talang air. Selain itu juga sering ditemukan di lubang pohon, tempurung kelapa dan lainnya.
            Ae. aegypti mengalami metamorfosis sempurna yaitu telur-larva-pupa/kepompong-dewasa. Perkembangan Ae. aegypti dari telur sampai menjadi nyamuk dewasa memakan waktu sekurang-kurangnya sembilan hari. Telur akan menetas menjadi larva dalam waktu 1-2 hari. Selanjutnya, larva berubah menjadi pupa dalam waktu 5 -15 hari. Stadium pupa biasanya berlangsung dua hari, lalu keluarlah nyamuk dewasa yang siap mengisap darah dan menularkan DBD. Umur nyamuk dewasa umumnya 2-3 minggu saja.
mosquito_2
a.          Telur
        Untuk bertelur, nyamuk betina akan mencari tempat seperti genangan air atau daun pepohonan yang lembab. Nyamuk betina meletakan telurnya didinding tempat penampuangan air atau barang-barang yang memungkinkan tergenang di bawah permukaan air. 
Telur akan diletakan berpencar (pada nyamuk Aedes oder Anopheles) atau dijejerkan dalam satu baris (contoh nyamuk Culex) yang bisa mencapai 100-300 telur.
         Telur berwarna hitam dengan ukuran 0,8 mm, berbentuk oval yang mengapung satu persatu pada permukaan air yang jernih, atau menempel pada dinding tempat penampungan air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik dala waktu 2 hari setelah terendam air. Stadium jentik umumnya berlangsung 6-8 hari, dan stadium kepompong berlangsung antara 2-4 hari. Perkembangan dari telur menjadi nyamuk dewasa selama 9-10 hari.

120px-Gelege1TelurAe
telur nyamuk
b.   Larva (jentik)
            Larva adalah mahluk yang hidup di air, meskipun demikian untuk bernafas larva harus menghirup udara secara langsung. Untuk itu, bagian belakang tubuhnya dilengkapi dengan semacam pipa panjang hingga menembus permukaan air. Ukuran larva umumnya 0,5 sampai 1 cm, gerakannya berulang-ulang dari bawah keatas permukaan air untuk bernafas kemudian turun kebawah dan seterusnya serta pada waktu istirahat posisinya hampir tegak lurus dengan permukaan air.
            Ciri khas dari larva Aedes aegypti adalah adanya corong udara pada segmen terakhir, pada corong udara terdapat pecten dan sepasang rambut serta jumbae akan dijumpai pada corong udara. Pertumbuhan dan perkembangan larva dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yang penting adalah temperatur, cukup atau tidaknya bahan makanan dan ada tidaknya binatang lain yang merupakan predator.
           


mosquito-larvaealarva_220x19890px-Mueckenlarve2
              larva
                                 kepalanya dibawah air                       bagian belakang
            Mikro organisme merupakan makanan larva. Dengan mengerakan mulutnya yang menyerupai sikat, air dapat dibuat berpusar, sehingga mikro organisme dapat masuk ke dalam mulutnya. Pada waktu bahaya, larva dapat menyelam dan berenang di dalam air. Stadium larva tergantung dari jenis nyamuk, temperatur air dan makanan yang didapatkan.
Biasanya 4-6 hari.
c.    Pupa
            Pupa tidak lagi mensuplai makanan ke dalam tubuhnya (fase istirahat). Pada stadium ini, pupa bernafas pada permukaan air dengan menggunakan dua tanduk kecil yang berada pada prothorax. Pupa juga sewaktu bahaya dapat menyelam di dalam air. Stadium ini umumnya berlangsung hingga 5-10 hari, setelah itu akan keluar dari kepompongnya menjadi nyamuk.
Mosquito_Pupa1
Pupa Aedes aegypti
d. Nyamuk Dewasa
            Setelah lahir (keluar dari kepompong), nyamuk istirahat untuk sementara waktu. Beberapa saat setelah itu sayap meregang menjadi kaku, sehingga nyamuk mampu terbang mencari mangsa atau darah.
            Nyamuk Aedes aegypti jantan mengisap dairan tumbuhan atau sari bunga untuk keperluan hidupnya, sedangkan yang betina mengisap darah. Nyamuk betina ini lebih menyukai darah manusia dari pada binatang (bersifat antropofilik). Darah (proteinnya) diperlukan untuk mematangkan telur agar jika dibuahi oleh sperma nyamuk jantan, dapat menetas. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan perkembangan telur mulai nyamuk mengisap darah sampa telur dikeluarkan biasanya antara 3-4 hari. (satu siklus gonotropik). Usia nyamuk Ae. agypti biasanya 2-4 minggu.
            Biasanya nyamuk betina mencari mangsanya pada siang hari. Aktifitas mengigit biasanya mulai pagi sampai sore hari, dengan 2 puncak aktifitas antara pkll 09.00-10.00 dan 16.00-17.00. nyamuk Aedes aegypti mempunyai kebiasaan mengisap darah berulang kali dalam satu siklus gonotropik, untuk memenuhi lambungnya dengan darah. Dengan demikian nyamuk ini sangat efektif sebagai penular penyakit.
            Setelah mengisap darah, nyamuk ini hinggap (beristirahat) di dalam atau kadang-kadang di luar rumah berdekatan dengan tempat perkembangbiakannya. Biasanya di tempat yang agak gelap dan lembab. Di tempat-tempat ini nyamuk menunggu proses pematangan telurnya.
Aedes-aegypti-Dengue-Mosquito3-300x262
3. Klasifikasi Demam Berdarah Dengue (DBD)
Derajat I : Demam disertai dengan gejala konstitusional non-spesifik, satu-satunya  manifestasi pendarahan adalah tes tourniquet positif.
Derajat II ; Pendarahan spontan selain menifestasi pasien pada derajat I, biasanya pada bentuk pendarahan kulit atau pendarahan lain.
Derajat III : Gagal sirkulasi dimenifestasika dengan nadi cepat atau lemah serat penyempitan tekanan nadi atau hipotensi dengan adanya kulit dingin dan lembab serta gelisah.
Derajat IV : Syok hebat dengan tekanan darah atau nadi tak terdeteksi .

4. Etiologi
                   Penyebab penyakit ini adalah virus dengue Family Flaviviridae dengan genusnya adalah Flavivirus. Virus ini mempunyai empat serotype yang dikenal dengan dengan DEN-1 , DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Keempat serotype ini terdapat di Indonesia dan dilaporkan bahwa serotip virus DEN 3 sering menimbulkan wabah.

5. Vektor Demam Berdarah Dengue
Nyamuk Aedes aegypti merupakan nyamuk damestik yang tersebar luas di kepulauan indoensia diantaranya pulau jawa, sumatera, Sulawesi, dan irian jaya, terutama kota-kota pelabuhan dan pusat-pusat pemukiman. Namun saat sekarang penyebarannya telah sampai ke desa-desa dan kawasan sekitarnya. Adapun bionomik sebagai berikut :
1. Tempat perindukan Aedes aegypti
Pada umumnya telur Aedes Agypti di letakkan pada air yang jernih dan tidak mengalir yang terdapat di dalam atau sekitar rumah. Telur di letakkan di dinding kotainer yang tak jauh dari permukaan air. Selain itu nyamuk Aedes Aegypti betina suka meletakkan telurnya pada bejana yang sedikit terisi air atau diatas bejana yang masih basah dan terlindung dari sinar matahari.
2. Kebiasaan menggigit
Nyamuk aedes aegypti mempunyai kebiasaan menggigit yaitu pada pagi hingga sore hari antara 06.00 sampai 10.00 siang selanjutnya 16.00-18.00 sore nyamuk ini banyak menggigit didalam rumah dari pada di luar rumah dan sangat menyukai menghisap darah manusia, oleh karena itu nyamuk Aedes agypti selalu menggigit beberapa kali ini disebabkan karena pada siang hari orang sedang aktif sehingga nyamuk terganggu dan kurang kenyang. Makanya nyamuk Aedes agypti mengigit berkali-berkali sampai cukup darah untuk pertumbuhan dan perkembangan telurnya.
            3. kebiasaan beristirahat
Tempat yang disenangi nyamuk untuk beristirahat selama menunggu waktu bertelur adalah tempat yang gelap, lembab dan sedikit angin. Biasanya nyamuk ini mempunyai kesenangan beristirahat pada pakaia-pakaian yang bergantungan di tempat yang lembab.
           4. Jarak Terbang
Aedes agypti merupakan spesies nyamuk yang memiliki kemampuan terbang jauh. Pergerakan nyamuk dari tempat perindukan ke tempat istirahat di tentukan oleh kemampuan normalnya kira-kira hanya mencapai sejauh 500 M di tempat perindukannya.
6. Pengendalian Vektor Demam Berdarah dengan menggunakan berbagai Metode

1. Pengendalian vektor Demam Berdarah berdasarkan metode pengendalian lingkungan.
   Metode lingkungan untuk mengendalikan jentik dan nyamuk Aedes agypti antara lain   dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), pengelolahan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil sampling kegiatan manusia dan perbaikan desain rumah, antara lain :
a. Menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu
b. Mengganti/Menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali.
c. Menutup dengan rapat tempat penampungan air
d. Mengubur kaleng-kaleng bekas, ban bekas di sekitar rumah.
           Menjaga kebersihan lingkungan baik di rumah , sekolah dan tempat umum sangat penting dalam upaya pengendalian karenan nyamuk ini senang bersarang berada di tempat gelap dan lembab. Menjaga kebersihan erat kaitannya dengan kebiasaan hidup bersih yang diajarkan dalam agama islam.
2. Pengendalian vektor Demam Berdarah berdasarkan metode pengendalian Biologis
     Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang). Dengan memelihara ikan pemakan jentik yang diletakan pada kolam atau genangan air yang sulit dikuras, seperti ikan kepala timah, cupang dan lainya.   Menanam tanaman pengusir nyamuk seperti  Lili gundi.
    3. Pengendalian Vektor Demam Berdarah berdasarkan metode pengendalian Kimiawi
a. Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion) berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas tertentu. Nyamuk Ae. aegypti dapat diberantas dengan fogging (pengasapan) racun serangga, termasuk racun serangga yang digunakan sehari-hari di rumah tangga. Melakukan pengasapan saja tidak cukup, karena dengan pengasapan itu yang mati hanya nyamuk dewasanya saja.  Selama jentik tidak dibasmi, setiap hari akan mucul nyamuk yang baru menetas dari tempat perkembangbiakannya. Disamping itu biaya yang dikeluarkan untuk melakukan fogging juga cukup besar. Karena itu cara yang tepat memberantas jentiknya yang dikenal dengan istilah PSN DBD (Pemberansan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue).
b. Memberi bubuk abate pada tempat-tempat penampungan air seperti gentong air, vas bunga, kolam. Menggunakan bubuk Abate 1 G (bahan aktif : Temephos 1%)  Bubuk abate 1G berwarna kecoklatan, terbuat dari pasir yang dilapisi dengan zat kimia yang dapat membunuh jentik nyamuk. Dalam takaran yang dianjurkan aan bagi manusia dan tidak menimbulkan keracunan. Jika dimasukan ke air maka sedikit demi sedikit zat kimia itu akan terlarut merata dan membunuh semua jentik nyamuk yang ada dalam tempat penampungan air. Diantaranya ada yang menempel pada dinding tempat penampungan air dan bertahan sampai 3 bulan. Oleh sebab itu penaburan abate perlu diulang setiap 3 bulan. Takaran yang digunakan yakni untuk 100 liter air cukup dengan 10 gr bubuk abate 1 G.
           



 














4. Pengendalian Vektor Demam Berdarah berdasarkan metode penyuluhan :
       Penyuluhan Demam Berdarah Dengue dapat dilakukan dengan jalan:
a. kunjungan rumah untuk penyuluhan perorangan dan keluarga
b. penyuluhan di posyandu, kelompok pengajian dan arisan
c. penyuluhan melalui media seperti poster, spanduk
d. penggalangan masyarkat melalui pembentukan kelompok kerja Demam Berdarah Dengue.

5. Pengendalian Vektor Demam Berdarah berdasarkan metode Konvensional.
  Kecenderungan penyebaran penyakit DBD berkaitan erat dengan semakin meningkatnya kepadatan, sanitasi lingkungan yang buruk serta mobilitas penduduk yang tinggi, baik yang menggunakan sarana trasportasi di dalam kota maupun antar daerah. Disamping itu banyaknya pembangunan perumahan baru juga memberikan tempat bagi berkembang biaknya nyamuk A. aegypti. Hasil survey yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan di 9 kota, menunjukkan bahwa nyamuk A.aegypti ditemukan pada satu diantara tiga rumah atau tempat umum yang diperiksa. Tempat perindukan nyamuk ini yang paling potensial adalah tempat penampungan air seperti bak mandi/WC, tempayan, drum dan kaleng-kaleng bekas yang tidak terpakai .
Dalam pemberantasan penyakit DBD yang dilakukan oleh pemerintah saat ini adalah dengan cara membuat strata desa yaitu desa endemis dan non-endemis, intervensi yang dilakukan sesuai dengan strata tersebut Untuk desa endemis, kegiatan yang dilakukan adalah pemberantasan nyamuk dengan pengasapan masal yang dilakukan dalam 2 siklus, pemberantasan jentik dengan cara abatisasi selektif 4 kali setahun, dan diadakan penyuluhan untuk masyarakat dengan pembentukan kader, pertemuan lintas sektoral dan juga pemutaran film. Untuk desa nonendemis, kegiatan yang dilakukan adalah pengamatan penderita dan partisipasi masyarakat dalam PSN yang merupakan kegiatan sangat murah sambil membudayakan hidup bersih. Selain itu dilakukan kegiatan fogging fokus untuk penanggulangan KLB di daerah endemis dan non endemis.
Berbagai usaha tersebut ternyata belum menunjukkan hasil yang menggembirakan bahkan kasus DBD mempunyai kecenderungan terus meningkat setiap hari. Masih hangat dalam ingatan bahwa ribuan orang di tanah air tercinta ini terjangkit penyakit DBD, terutama anak-anak dan dewasa yang harus menanggung derita dan terpaksa dirawat secara darurat di lorong-lorong rumah sakit karena keterbatasan daya tampungnya. Oleh karena itu harus segera dilaksanakan teknik pengendalian baru yang dapat menyelesaikan permasalahan DBD.
Pengendalian nyamuk/vektor dengan cara yang konvensional menggunakan insektisida dirasa kurang efektif karena dapat mengakibatkan matinya flora maupun fauna non target, serta timbulnya pencemaran lingkungan dan timbulnya resistensi terhadap insektisida tertentu, bahkan sering terjadi resistensi silang (cross resistance), sehingga mengurangi efektivitas pengendalian itu sendiri. Belum ditemukannya obat DBD sampai sekarang merupakan persoalan yang serius, terutama bagi negara berkembang sebagai wilayah endemik penyakit DBD seperti Indonesia. Karena upaya pengendalian DBD yang belum memberikan hasil memadai, maka diperlukan cara lain untuk membantu program pemberantasan vektor DBD, antara lain dengan Teknik Jantan Mandul.

6. Pengendalian Vektor Demam Berdarah berdasarkan metode penggunaan radiasi.
Radiasi dapat dimanfaatkan untuk pengendalian vektor yaitu untuk membunuh secara langsung dengan teknik desinfestasi radiasi dan membunuh secara tidak langsung yang lebih dikenal dengan Teknik Serangga Mandul (TSM), yaitu suatu teknik pengendalian vektor yang potensial, ramah lingkungan, efektif, spesies spesifik dan kompatibel dengan teknik lain. Prinsip dasar TSM sangat sederhana, yaitu membunuh serangga dengan serangga itu sendiri (autocidal technique).
Teknik ini meliputi iradiasi terhadap koloni serangga vektor pada berbagai stadium dan kemudian secara periodik dilepas ke lapang (lingkungan) atau lokasi yang diperkirakan serangga vektor cukup potensial, tingkat kebolehjadian teknik ini dari perkawinan antara serangga mandul dan serangga fertil menjadi makin besar dari generasi pertama ke generasi berikutnya. Hal ini berakibat makin menurunnya prosentase fertilitas populasi serangga di lapangan yang secara teoritis terjadi pada generasi ke-4 atau ke-5 menjadi titik terendah dimana populasi serangga menjadi nol
    TJM atau Teknik Jantan Mandul
Merupakan teknik pemberantasan serangga dengan jalan memandulkan serangga jantan. Kemandulan adalah ketidakmampuan suatu organisme untuk menghasilkan keturunan. Gejala kemandulan akibat radiasi pada nyamuk jantan disebabkan karena terjadinya aspermia, inaktivasi sperma, mutasi letal dominan dan ketidakmampuan kawin. Dasar teorinya adalah bila serangga betina hanya kawin satu kali dalam perkawinan tersebut dengan serangga jantan yang mandul, maka keturunan tidak akan terbentuk. Serangga jantan mandul dilepas di lapangan dengan harapan bisa bersaing dengan jantan normal alam dalam berkopulasi dengan serangga betina.
Serangga betina yang telah berkopulasi dengan jantan mandul dapat bertelur, tetapi telurnya tidak dapat menetas. Apabila pelepasan serangga jantan mandul dilakukan secara terus menerus, maka populasi serangga dilokasi pelepasan menjadi sangat rendah. Dalam perkembangan selanjutnya TJM ini dikenal sebagai TSM karena berdasarkan pelaksanaan praktis untuk memisahkan serangga.
Vektor jantan dan betina yang akan diradiasi tidaklah mudah, sehingga serangga mandul yang diradiasi dan dilepas di lapangan tidak hanya jantan tetapi juga betina. Dengan pelepasan serangga betina mandul bersama-sama jantan mandul, maka diharapkan bahwa kemungkinan terjadinya perkawinan antara jantan fertil dengan betina fertil berkurang.
Pelaksanaan TSM dapat dilakukan dengan 2 metoda  yaitu :
1. Metoda yang meliputi pembiakan masal di laboratorium, pemandulan dan pelepasan serangga mandul ke lapangan.
2. Metoda pemandulan langsung terhadap serangga lapangan.
    Metoda pertama menerangkan bahwa jika ke dalam suatu populasi serangga di lapangan dilepaskan serangga mandul, maka kemampuan populasi tersebut untuk berkembang biak akan menurun. Apabila nilai kemandulan serangga radiasi mencapai 100% dan daya saing kawinnya mencapai nilai 1.0 (sama dengan jantan normal) dan jumlah serangga radiasi yang dilepas sama dengan jumlah serangga normal (perbandingan 1:1), maka kemampuan berkembang biak populasi tersebut akan turun sebesar 50%. Jika perbandingan tersebut dinaikkan menjadi 9:1 (jumlah serangga radiasi yang dilepas 9 kali dari jumlah serangga lapangan), maka kemampuan populasi tersebut untuk berkembang biak akan turun sebesar 90%.
     Metoda kedua,  yaitu metoda tanpa pelepasan serangga yang dimandulkan. Metoda  ini dilaksanakan dengan prinsip pemandulan langsung terhadap serangga lapangan yang dapat dilakukan dengan menggunakan senyawa kemosterilan, baik pada jantan maupun betina. Dengan metoda kedua ini akan diperoleh dua macam pengaruh terhadap kemampuan kembangbiak populasi serangga. Kedua pengaruh tersebut adalah mandulnya sebagian serangga lapangan sebagai akibat langsung dari kemosterilan dan pengaruh berikutnya dari serangga yang telah mandul terhadap serangga sisanya yang masih fertil. Kemosterilan merupakan senyawa kimia yang bersifat mutagenik dan karsinogenik pada hewan maupun manusia sehingga teknologi ini tidak direkomendasikan untuk pengendalian vektor.
Kelebihan dari teknik TSM adalah:
a) Bersifat selektif, artinya yang menjadi sasaran pengendalian hanya serangga vektor tersebut.
b) Tidak merusak lingkungan.
c) Tidak menimbulkan resistensi.
d) Syarat-syarat yang biasa diperlukan pada pemberantasan secara biologi dengan menggunakan musuh alami tidak diperlukan lagi. Tidak semua serangga dapat diberantas dengan Teknik Serangga Mandul. Supaya populasi serangga dapat dikendalikan menggunakan TSM, harus dipenuhi syarat-syarat sbb:
a) Serangga betina tidak bersifat partenogenesis (berkembang dari telur yang dibuahi).
b) Serangga (terutama jantan) harus mudah dikembangbiakan secara masal di luar habitat aslinya (laboratorium).
c) Perlakuan pemandulan (dengan radiasi)tidak mengakibatkan kelainan fisiologis dan morfologis serta penurunan kemampuan kawin.
d) Serangga betina sebaiknya kawin satu kali dan berumur lebih pendek dari serangga jantan. Bila serangga betina hanya kawin satu kali, maka betina normal yang sudah dikawini jantan mandul, tidak akan dikawini lagi oleh jantan normal dan tidak akan menghasilkan keturunan.
e) Serangga jantan sebaiknya dapat kawin lebih dari satu kali dan berumur lebih panjang dari betina. Apabila serangga jantan umurnya panjang dan dapat kawin lebih dari satu kali, maka jantan-jantan yang sudah mandul dapat mengawini beberapa betina fertil di lapangan, sehingga penurunan populasi akan lebih besar.
f) Tersediannya informasi ekologi serangga sasaran di lokasi yang akan digunakan sebagai tempat pengendalian antara lain: tinggi dan fluktuasi populasi, penyebaran serta jarak terbang.
    Radiasi Untuk Pemandulan Nyamuk Vektor DBD
          Salah satu cara pemandulan nyamuk vektor adalah dengan cara radiasi ionisasi yang dikenakan pada salah satu stadium perkembangannya. Radiasi untuk pemandulan ini dapat menggunakan sinar gamma, sinar X atau neutron, namun dari ketiga sinar tersebut yang umum digunakan adalah sinar gamma. Sinar gamma dapat berasal dari Cobalt-60 yang mempunyai waktu paruh 3,5 tahun atau cesium-137 dengan waktu paruh 30 tahun .

         Untuk mendapatkan vektor mandul dengan radiasi secara teoritis dapat dilakukan pada stadium telur, larva, pupa atau dewasa. Hasil optimum dapat diperoleh dengan memilih stadium yang paling tepat untuk diradiasi. Stadium pupa merupakan stadium perkembangan dimana terjadi transformasi/perkembangan organ muda menjadi organ dewasa . Pada stadium ini umumnya spermatogenesis dan oogenesis sedang berlangsung, sehingga dengan radiasi dosis rendah (65-70 Gy) sudah dapat menimbulkan kemandulan. Dari hasil penelitian tahun 2005 menunjukkan bahwa pada dosis 65 Gy yang dilakukan pada stadium pupa nyamuk A. aegypti sudah bisa memandulkan 98,53% dan 100% dengan radiasi 70 Gy. Umur pupa pada saat diradiasi memiliki kepekaan yang berbeda-beda, semakin tua, kepekaannya terhadap radiasi akan semakin menurun.
Radiasi ionisasi secara umum dapat menimbulkan berbagai akibat terhadap nyamuk vektor, baik kelainan morfologis maupun kerusakan genetis. Derajat kelainan atau kerusakan yang terjadi akibat radiasi ionisasi tergantung kepada berbagai faktor yaitu faktor teknik radiasi (macam sinar, cara pemberian dosis dan laju dosis), faktor lingkungan (suhu, atmosfir) dan faktor biologi (perbedaan spesies dan variasi sel/jaringan .
Gejala-gejala kemandulan akibat radiasi pada vektor jantan disebabkan karena terjadinya aspermia, inaktivasi sperma, mutasi letal dominan dan ketidakmampuan kawin. Selain digunakan dalam pemandulan vektor, teknik nuklir juga bisa digunakan sebagai penanda vektor. Karena radioisotop (seperti P32) dapat memancarkan sinar radioaktif, sehingga dipakai sebagai penanda keberadaan nyamuk A. aegypti di lapangan.
Penandaan vektor dianggap penting terutama untuk mempelajari bionomik (interaksi organisme dengan lingkungan) nyamuk di lapangan, seperti mempelajari jarak terbang, pola pemencaran, umur nyamuk, pemilihan hospes, siklus gonotrofi (siklus pematangan sel gamet) dan aspek bionomik yang lain. Dengan demikian penandaan nyamuk A. aegypti dengan radioisotop dianggap sebagai cara penandaan paling tepat dan mudah, untuk mempelajari penyebaran dan jarak terbang nyamuk . Data ini sangat berguna untuk menunjang keberhasilan TSM dan penerapanya di lapangan.
Syarat keberhasilan penggunaan teknik serangga mandul sebagai berikut:
a) Kemampuan pemeliharaan serangga/vektor secara massal dengan biaya murah.
b) Serangga vektor sebagai target pengendalian harus dapat menyebar ke dalam populasi sehingga dapat diperoleh serangga fertil di lapangan (alami) baik jantan maupun betina.
c) Irradiasi harus tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap perilaku kawin dan umur
vektor.
d) Produksi sperma jantan irradiasi harus sama dengan produksi sperma jantan alam.
e)  Serangga vektor yang akan dikendalikan harus dalam populasi rendah atau harus dikendalikan dengan teknik lain agar cukup rendah sehingga cukup ekonomis untuk dikendalikan dengan TSM.
f)  Biaya pengendalian dengan teknik serangga mandul harus lebih murah bila dibanding dengan teknik konvensional.
g)  Perlu justifikasi yang kuat untuk penerapan biaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan teknik konvensional apabila dengan TSM diperoleh keuntungan untuk perlindungan kesehatan dan lingkungan.
7. Pengendalian Vektor Demam Berdarah berdasarkan metode penyelidikan epidemiologi
                        Penanggulangan DBD dapat dilakukan dengan penyelidikan epidemiologi melalui kunjungan di rumah penderita DBD serat rumah disekitar tempat penderita yang berjarak radius kurang dari 100 meter. Kegiatan tempat penderita yang berjarak radius kurang dari 100 meter. Kegiatan penyelidikan epidemiologi dapat dilakukan oleh petugas surveillance yang berasal dari puskesmas setempat yang meliputi pencarian kasus, pemeriksaan jentik Aedes aegypti yang menjurus kepada KLB DBD. Penyelidikan epidemiologi ini dimaksudkan untuk mengetahui adanya kemungkinan terjadinya penularan lebih lanjut kepada masyarakat.
            Penanggulangan juga dapat dilakukan dengan 3  melalui pokok-pokok gerakan sebagai berikut :
1.  Penyuluhan intensif melalui berbagai media seperti televise, radio, surat kabar dan lain-lain. Penyuluhan kelompok maupun penyuluhan tatap muka oleh kader-kader di desa termasuk, dasawisma, tokoh masyarakat dan agama.
2.   Kerja bakti secara serentak untuk membersihkan lingkungan termasuk tempat-tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari setiap minggu baik di rumah sekolah maupun tempat-tempat umum lainnya.
3.  Kunjungan dari rumah ke rumah untuk memeriksa jentik di tempat-tempat yang menjadi perindukan nyamuk oleh tenaga terlatih dan menaburkan bubuk abate apabila masih di temukan jentik nyamuk.
Penanggulangan DBD dapat juga dilakukan dengan pemantuan jentik berkala yang dilakukan 3 bulan di rumah atau tempat-tempat umum. Pemantauan jentik ini dilakukan dengan pemeriksaan sebanyak 100 rumah sampel untuk setiap desa/kelurahan. Hasil pemantauan jentik berkala dapat di informasikan kepada pihak kesehatan sebagai  bahan evaluasi dasar pemberantasan sarang nyamuk, diharapkan angka bebas jentik setiap kelurahan atau desa dapat mencapai 95%, hal ini berguna untuk menekan penyebaran penyakit DBD.







BAB III
PENUTUP

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa teknik nuklir sangat bermanfaat dalam pengendalian vektor penyakit Demam Berdarah Dengue dengan Teknik Serangga Mandul menggunakan cara irradiasi nyamuk menggunakan radiasi gamma pada stadium pupa dengan dosis antara 65-70Gy. Teknik pengendalian ini sangat spesifik, ramah lingkungan, tidak menimbulkan resistensi dan hanya berpengaruh pada spesies target saja. Hal ini sangat berlainan dengan pemberantasan vektor cara konvensional menggunakan pestisida yang akan berefek terhadap pencemaran lingkungan, timbulnya resistensi terhadap pestisida tertentu dan matinya hewan non target. TSM merupakan teknik pilihan yang sangat efektif dan efisien baik secara tersendiri maupun terintegrasi dengan teknik lain dan dalam pelaksanaannya TSM akan lebih baik bila dikombinasikan dengan pengendalian lain dalam sistem pengendalian vektor secara terpadu.





















DAFTAR PUSTAKA
1. WHO, Prevention and Control of Dengue
Haemorrhagic Fever, WHO Regional Publication.
SEARO, No 29, 2003.
2. Sub Dit. Arbovirosis, Direktorat P3M, Depatemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. 1983.
3. KIRANA, N., Demam Berdarah, Akankah Berhenti,
Harian Kompas 17 Januari 2006.
4. DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA. Petunjuk Teknis Penemuan, Pertolongan
dan Pelaporan Penderita Penyakit Demam Berdarah
Dengue, Dirjen PPM & PLP, 1992.
5. SUROSO, T., Demam Berdarah Dengue: Situasi,
Masalah dan Program Pemberantasannya. Laporan
Seminar Demam Berdarah Dengue, Jakarta, 8 Juni
1991, hal 9. Sub. Din Pencegahan Penyakit Dinkes
Prop Dati I Jateng, 1995.
6. La-CHANGE, L.E., SCHMITH, C.H. and
BUSHLAND, R.C., Radiation Induced Sterilization.
Dalam: Kilgore, W.W. and Dout R.L. Pest Control :
Biological, Physical and Selected Chemical Methods.,
hal 146-196. Academic Press, New York & London,
1967.
7. KNIPLING, E.F., Possibilities of Insect Control or
Erradication Through the Use of Sexuality Sterile, J.
Econ.Entomol. 48, 459 – 462, 1955.
8. WEIDHASS D.E., SCHMIDT C.H. and SEABROOK
E.L., Field Studies on the Release of Sterile Males for
Control of Cx. p. fatigans, Mosquito News, 22, 283-
291, 1962.
9. WHITE, R.D., KAMASKI, H., RALSTON, D.F.,
HUTT, R.B and PETERSON, H.D.V. Longevity and
Reproduction of Codling Moth Irradiated with Cobalt-
60 or Cesium 137. J. Econ. Entomol. 65, 692 – 697,
1972.
10. HOPER, G.H.S., Competitiveness of Gamma Sterilized
Males of the Mediteranean Fruit Fly : Effect of
Irradiating Pupae or Adult Stage and of Irradiating
Pupae in Nitrogen. J. Econ. Entomol., 64, 464 – 368,
1976.
11. O’BRIENT R.D. and WOLF L.S., Radiation,
radioactivity and Insect. Academic Press. New York –
London, 1976.

1 komentar:

  1. Ada Obat Herbal Alami yang aman & efektif. Untuk Total Cure Call 2349010754824, atau kirim email ke drrealakhigbe@gmail.com Untuk Janji dengan (Dr.) AKHIGBE hubungi dia. Pengobatan dengan Obat Herbal Alami. Untuk: Demam Berdarah, Malaria. Menstruasi yang Nyeri atau Tidak Teratur. HIV / Aids. Penderita diabetes. Infeksi vagina. Keputihan Vagina. Gatal Dari Bagian Pribadi. Infeksi payudara. Debit dari Payudara. Nyeri & Gatal pada Payudara. Nyeri perut bagian bawah. Tidak Ada Periode atau Periode Tiba-tiba Berhenti. Masalah Seksual Wanita. Penyakit Kronis Tekanan Darah Tinggi. Rasa sakit saat berhubungan seks di dalam Pelvis. Nyeri saat buang air kecil. Penyakit Radang Panggul, (PID). Menetes Sperma dari Vagina Serta Untuk jumlah sperma rendah. Penyakit Parkinson. Lupus. Kanker. TBC Jumlah sperma nol. Bakteri Diare.Herpatitis A&B, Rabies. Asma. Ejakulasi cepat. Batu empedu, Ejakulasi Dini. Herpes. Nyeri sendi. Pukulan. Ereksi yang lemah. Erysipelas, Tiroid, Debit dari Penis. HPV. Hepatitis A dan B. STD. Staphylococcus Gonorrhea Sifilis. Penyakit jantung. Pile-Hemorrhoid. Rematik, tiroid, Autisme, pembesaran Penis, Pinggang & Nyeri Punggung. Infertilitas Pria dan Infertilitas Wanita. Dll. Ambil Tindakan Sekarang. hubungi dia & Pesan untuk Pengobatan Herbal Alami Anda: 2349010754824 dan email dia drrealakhigbe@gmail.com Catatan Untuk Janji dengan (Dr.) AKHIGBE. Saya menderita kanker selama setahun dan tiga bulan meninggal karena kesakitan dan penuh patah hati. Suatu hari saya mencari melalui internet dan saya menemukan kesaksian penyembuhan herpes oleh dokter Akhigbe. Jadi saya menghubungi dia untuk mencoba keberuntungan saya, kami berbicara dan dia mengirim saya obat melalui jasa kurir dan dengan instruksi tentang bagaimana meminumnya. Untuk kejutan terbesar saya minum obat herbal dalam waktu tiga minggu saya mendapat perubahan dan saya sembuh total . Saya tidak benar-benar tahu bagaimana itu terjadi tetapi ada kekuatan dalam pengobatan herbal Dr Akhigbe. Dia adalah dokter jamu yang baik.

    BalasHapus